5 Alasan Jujur Kenapa Orang Membeli Bitcoin: Bukan Sekadar Ikut-ikutan

Gambar 1.1 Saya Fans Bitcoin

Jawab Jujur: Apa Sebenarnya yang Membuat Kita Tergoda Membeli Bitcoin?

Jika kita duduk di sebuah kedai kopi dan seseorang bertanya, "Kenapa kamu beli Bitcoin?", jawaban standarnya mungkin terdengar sangat intelektual. Kita akan bicara soal blockchain, desentralisasi, masa depan keuangan, atau lindung nilai (hedging) terhadap inflasi.

Tapi, mari kita tinggalkan jawaban "jaim" itu sejenak. Mari kita jawab jujur.

Apa yang sebenarnya menggerakkan jari kita untuk menekan tombol "Buy" di aplikasi exchange kripto? Apakah benar-benar karena kita mencintai teknologi Satoshi Nakamoto, atau ada dorongan emosional lain yang lebih purba?

Berikut adalah bedah jujur mengapa kita, dan jutaan orang lainnya, rela menaruh uang di aset digital yang fluktuatif ini.

1. Mimpi "Jalan Pintas" Menuju Kebebasan Finansial

Mari akui saja: Kita semua ingin kaya, dan kita ingin prosesnya cepat.

Bekerja 9-to-5, menabung di bank dengan bunga 2% setahun, atau investasi saham blue chip yang naik perlahan, rasanya terlalu lambat bagi generasi internet. Ketika kita melihat grafik Bitcoin yang bisa naik ribuan persen dalam beberapa tahun, otak kita memproduksi dopamin.

Kita membeli Bitcoin bukan sekadar untuk "menyimpan uang", tapi karena kita membeli sebuah tiket lotre digital yang kita yakini akan menang. Ada harapan terselip bahwa uang tabungan yang pas-pasan hari ini bisa berubah menjadi DP rumah atau modal pensiun dini dalam 5 tahun ke depan. Itu adalah daya tarik utamanya: Harapan.

2. Rasa Takut Tertinggal (FOMO)

Pernahkah kamu merasa perut mulas saat melihat teman memamerkan portofolio hijau ("cuan") di Instagram Story? Atau mendengar kisah "Teman dari temanku beli Bitcoin tahun 2013 dan sekarang sudah pensiun"?

Itu adalah FOMO (Fear Of Missing Out) yang nyata.

Banyak dari kita membeli Bitcoin bukan karena kita paham grafiknya, tapi karena kita takut menjadi satu-satunya orang bodoh yang tidak ikutan saat yang lain sedang pesta pora. Rasa sakit karena "tertinggal kereta" seringkali lebih kuat daripada rasa takut akan kehilangan uang. Kita membeli tiket masuk karena kita tidak mau sendirian di luar saat "roket" itu meluncur.

3. Ketidakpercayaan pada Uang Kertas (Fiat)

Bagi sebagian orang—dan ini alasan yang lebih serius—membeli Bitcoin adalah bentuk protes sunyi.

Kita melihat harga telur naik, harga bensin naik, dan nilai uang gaji kita terasa makin kecil setiap tahun. Kita sadar bahwa pemerintah bisa mencetak uang sebanyak-banyaknya, yang membuat tabungan kita tergerus inflasi.

Di sinilah Bitcoin masuk sebagai "Emas Digital". Sifatnya yang terbatas (hanya ada 21 juta koin) memberikan rasa aman psikologis. Kita membelinya karena kita ingin memegang aset yang tidak bisa diatur, tidak bisa dibekukan, dan tidak bisa dicetak sembarangan oleh bank sentral manapun. Ini adalah tentang kendali.

Gambar 1.2 Ini Tips ya

4. Sensasi Adrenalin

Jujur saja, pasar saham konvensional itu membosankan. Buka jam 9 pagi, tutup jam 4 sore. Libur di akhir pekan.

Bitcoin? Pasarnya buka 24 jam sehari, 7 hari seminggu, tanpa hari libur. Volatilitasnya gila-gilaan. Bangun tidur kita bisa senyum lebar melihat profit, atau lemas melihat portofolio merah membara.

Bagi sebagian orang, ini bukan lagi investasi, tapi gamification (permainan). Ada sensasi mendebarkan saat memantau candlestick di layar HP. Membeli Bitcoin memberikan "hiburan" emosional yang memicu adrenalin, mirip seperti sensasi saat bermain roller coaster.

5. Ingin Terlihat Relevan dan Modern

Memiliki Bitcoin di zaman sekarang juga menjadi semacam simbol status sosial baru. Ini menunjukkan bahwa kamu "melek teknologi", modern, dan berani mengambil risiko.

Dalam percakapan tongkrongan, bisa membahas tentang halving, bull run, atau wallet, membuat seseorang merasa masuk ke dalam lingkaran eksklusif masa depan. Kita membelinya sebagian karena kita ingin menjadi bagian dari revolusi zaman, bukan menjadi dinosaurus yang tertinggal.

Kesimpulan: Antara Logika dan Emosi

Jadi, jika ditanya jawab jujur apa yang membuat kamu beli Bitcoin? Jawabannya mungkin adalah campuran dari keserakahan (greed), ketakutan (fear), dan sedikit idealisme.

Tidak ada yang salah dengan itu. Manusia adalah makhluk emosional. Namun, menyadari alasan "jujur" ini sangat penting. Jika kita sadar kita membeli karena FOMO atau ingin cepat kaya, kita bisa lebih berhati-hati agar tidak terjebak menggunakan "uang panas" untuk kebutuhan sehari-hari.

Karena pada akhirnya, Bitcoin tidak peduli dengan alasanmu membelinya. Ia akan tetap bergerak naik dan turun, menguji mental siapa saja yang berani menungganginya.

Lebih baru Lebih lama