Tanggal: Senin, 22 Desember 2025 Lokasi: Kamar Mandi Rumah Misi: Memberikan kejutan " Hari Ibu" dengan mencucikan semua kain kotor.
Pagi itu, jam dinding baru menunjukkan pukul 06.00 WIB. Langit masih agak grlap, tapi di kamar mandi, Febri Tarigan dan adiknya, Mutiara br Tarigan, Suda sibuk kasak-kusuk seperti agen rahasia.
Mamak masih tidur pulas. Ini adalah kesempatan emas bagi mereka untuk menjadi "Anak Berbakti Abad Ini".
"Tiara, sstt! Jangan ribut kali kau geser embernya," bisik Febri sambil menggulung lengan bajunya dengan gaya sok jagoan. "Hari ini kita kasih Mamak kado spesial. Pokoknya pas Mamak bangun, semua kain kotor ini udah bersih, wangi, dan kinclong!"
Mutiara mengangguk mantap sambil memegang sikat cuci yang hampir sebesar lengannya. "Siap, Bang! Tapi sabunnya mana?"
Febri mengambil bungkusan deterjen bubuk ukuran jumbo. Karena ingin hasil yang maksimal (menurut logika Febri), dia berpikir: Semakin banyak sabun, semakin bersih.
"Biar wangi sampai ke rumah tetangga, kita tuang setengah bungkus aja, Dek!" perintah Febri.
Byuurrr! Setengah bungkus deterjen masuk ke dalam bak cucian.
Mutiara mulai mengaduk air. Dalam hitungan detik, busa mulai naik. Bukan cuma naik, tapi meledak! Busa itu meluap dari ember, tumpah ke lantai, bahkan ada yang terbang menempel di hidung Mutiara.
"Bang Febri! Kok busanya kayak awan kinton??" pekik Mutiara panik tapi senang, malah mulai main tiup-tiup busa.
"Tenang, itu artinya formulanya bekerja!" jawab Febri percaya diri, padahal dia sendiri hampir terpeleset karena lantai jadi licin seperti arena ice skating.
Mereka pun mulai menyikat. Febri mengambil sebuah daster kesayangan Mamak yang bermotif bunga-bunga. Dengan tenaga penuh—seolah sedang menyikat ban truk—Febri menyikat daster itu.
Srek! Srek! Srek!
Tiba-tiba, Febri berhenti. Dia mengangkat daster itu. "Dek..." "Kenapa, Bang?" "Ini... kancing daster Mamak kok hilang dua ya?" tanya Febri dengan wajah pucat. "Waduh! Itu kan daster dinas Mamak kalau masak!" seru Mutiara.
Belum selesai panik soal kancing, Mutiara yang sedang membilas celana jins, tidak sengaja mencampur celana itu dengan kemeja putih sekolah Febri sendiri di ember bilasan.
"Bang... airnya kok jadi biru?" tanya Mutiara polos. Febri menoleh dan matanya melotot. "Mutiaraaaaa! Itu kemeja Abang jadi tie-dye!"
Suasana kamar mandi sudah seperti kapal pecah. Lantai penuh busa setinggi mata kaki, kancing daster copot, dan kemeja putih yang berubah jadi biru muda. Di tengah kekacauan itu, pintu kamar mandi tiba-tiba terbuka.
Cklek.
Mamak berdiri di ambang pintu. Matanya membulat melihat Febri yang penuh busa di kepala dan Mutiara yang sedang berusaha menyembunyikan kemeja biru di belakang punggungnya.
Hening sejenak.
"Ya Tuhan..." Mamak menarik napas panjang. "Ini rumah kita kena badai salju atau gimana? Kenapa kamar mandi Mamak jadi putih semua?"
Febri dan Mutiara langsung berdiri tegak (walau kaki gemetar menahan licin). Serempak mereka berteriak: "SELAMAT HARI IBU, MAMAK!"
Febri maju sedikit, "Mak, kami mau bantu nyuci kain. Biar Mamak istirahat." Mutiara menimpali dengan suara pelan, "Tapi... sabunnya kebanyakan, Mak. Terus kancing Mamak... eum... memutuskan untuk pergi."
Mamak melihat wajah kedua anaknya yang polos, basah kuyup, dan penuh harap itu. Rasa ingin marahnya langsung hilang, berganti dengan rasa geli yang tak tertahankan. Mamak tertawa terbahak-bahak sampai memegang perutnya.
"Aduh, anak-anak Mamak ini," kata Mamak sambil melangkah masuk (dengan sangat hati-hati). Dia memeluk kepala Febri dan Mutiara yang penuh busa.
"Terima kasih ya, Boru, Anak Lanang. Niat kalian baik kali. Tapi lain kali..." Mamak mengambil sisa deterjen, "...tanya Mamak dulu takarannya, ya? Ini kalau diteruskan, kita bisa buka usaha cuci salju di sini."
Febri nyengir kuda. "Iya, Mak. Maaf ya, Mak. Kancingnya nanti Febri jahit lagi." "Iya, Mak. Kemeja Abang yang jadi biru nanti Tiara yang pakai aja buat baju tidur," tambah Mutiara.
Pagi itu di tanggal 22 Desember 2025, cucian memang tidak jadi bersih sempurna (malah nambah kerjaan bilas lantai), tapi tawa Mamak adalah hadiah paling indah buat Febri dan Mutiara.
Pesan Moral: Niat baik itu penting, tapi pengetahuan soal takaran deterjen juga tak kalah pentingnya!
Dan
Aku suka lagu : Slipping through my fingers
Mencerita kan tentang : perasaan nostalgia dan pahit-manis seorang ibu yang menyaksikan anaknya tumbuh dewasa dengan cepat, di mana momen-momen kecil berharga terasa berlalu begitu saja, seperti terlepas dari genggaman, menimbulkan penyesalan karena merasa kurang menikmati waktu bersama, dan merenungkan betapa cepatnya waktu berjalan. ( Sumber Google.com )
Foto Kenangan pas di Berastagi bersama Mamak atau Ibu

